Bagaimana jika aku sudah lupa seperti apa rasanya mencintaimu. Bagaimana jika aku juga sudah lupa bagaimana rasanya bahagia saat kita bercanda. Semuanya serba biasa saja. Bahkan kehidupan kita sekarang kau terkesan cuek dan takpeduli akan diriku.
Bukan. Bukan begini janji kita dulu. Bahkan menyinggung ujung kalimatnya dalam ikrarpun tidak. Dalam hati kita, terlintas anak kalimatnya saja kita menolak mentah-mentah. Itu dulu. Dimana janji kita begitu manis untuk dicecam. Janji masa depan itu begitu nyata. Senyata kebahagiaan lain yang kita teguk hari ini. Tapi janji kebahagiaan kita dulu tidak nyata, janji hanya sekedar janji. Ya, kita merasakan kebahagiaan yang sama hari ini. Tapi hati kita tidak lagi terikat dengan kebahagiaan ini.
Hanya aku merasa berterima kasih karena kau masih bisa berbahagia dengan ini semua. Toh ini tak jauh beda kan. Janji kita dulu, kita akan merasakan kebahagiaan dan kesedihan yang sama. Dan ini sungguh-sungguh tak jauh berbeda, kata sama-sama bahagia.
Aku hanya takjub. Kenapa aku dulu begitu percaya akan keajaiban janji kebahagian. Lebih mencintainya daripada mencintai hatiku yang lama. Dan sayangnya, sampai hari inipun, setelah apa yang terjadi selama ini, anehnya aku masih mengharapkan janji masa depan itu. Masa depan yang hanya sejengkal hasta itu, aku masih mengharapkannya.
Ini semua sudah lebih dari yang kita harapkan dulu. Sungguh sudah lebih. Tapi sayang hati kita tidak di sini. Tidak berpijak pada lantai kebahagiaan ini.
Aku menelan ludah, mengangkat wajahku yang tadi sempat kusembunyikan karenanya mataku sudah berair. Tersenyum lebar, seakan tdk terjadi apa2. Setidaknya dengan menatap kenangan, aku bisa bertahan. Mengingatkanku pada masa-masa kebersamaan kita, dulu. Ya, setidaknya aku ingin bertahan sampai maut memisahkan kita. Biarlah aku menepati apa yang sudah menjadi ikrar hatiku padamu. Setidaknya, rasa itu masih ada saat mataku benar-benar terpejam. Meskipun hanya tinggal titik darah penghabisan dari sebuah rasa, tapi setidaknya aku tetap memenuhi janji itu.
Lalu aku menunduk kembali, mengecup foto2 mesra kita berdua. Menyembunyikan air mata yang timbul lagi. Ahh, sepahit inikah jalanku untuk bertahan hmmmmm sendiri mungkin lebih baik saat ini


0 komentar:
Posting Komentar